TURUNNYA NABI ADAM AS. KE BUMI



Sebagai konsekuensinya dan menjadi sunnatullah bahwa, orang yang melanggar pada aturan-aturan yang telah di tetapkan Allah swt. itu pasti akan ada sanksinya. Karena melanggar perintah Allah swt. walaupun berdasarkan ijtihadnya Nabi Adam as. pun akhirnya dikeluarkan dari syurga turun ke bumi. Konon Nabi Adam as. diturunkan di daerah Hindia, yang bertempat di Sarondib. Sedangkan Hawa diturunkan di Jeddah. Iblis yang masuk ke syurga dan menggoda Nabi Adam as. dan Hawa, dilempar di Ablah. Sedangkan ular yang membawa syetan yang masuk ke syurga dilempar di daerah Asbihan. Wallahu a’lam.
Dalam ayat selanjutnya Allah swt. berfirman :
فتلقى ادم من ربه كلمات فتاب عليه انه هوالتواب الرحيم
Artinya : “Kemudian Adam as. menerima beberapa kalimat dari Tuhannya “Maka Allah menerima taubatnya”. Sesungguhnya Allahswt. Maha menerima taubat, lagi maha penyayang”.
Semenjak Nabi Adam as. dan Hawa turun ke bumi, penyesalanpun menjadi hal yang ada di benaknya. Bagaimanapun keadaanya Nabi Adam as. secara dhohirnya telah melanggar ketentuan Allah swt. Dengan memakan buah yang dilarangNya. Hari-hari Nabi Adam as. dijalani dengan penuh penyesalan, tangisan, ratapan, hingga menjadi penghias dalam hidupnya.
Di ceritakan bahwa, setelah turun ke bumi sampai kira-kira 300 tahun, Nabi Adam as. tidak pernah berani melihat langit. Karena Nabi Adam as. merasa malu kepada Allah swt. Namun Allah swt. adalah Dzat yang Maha Penyayang, Allah swt. tahu terhadap apa-apa yang sedang terjadi dengan diri Nabi Adam as. Oleh karena itu, Allah swt. memberi ilham kepada Nabi Adam as. untuk membaca istighfar. Meminta ampunan dosa kepada Allah swt. Doa (istighfar) itu ialah sebagai berikut :
سبحانك اللهم وبحمدك وتبارك اسمك وتعالى جدك لااله الا انت ظلمت نفسى فاغفرلى فانه لا يغفر الذنوب الا انت
Artinya : “Maha Suci Engkau wahai Tuhan, dan demi sifat terpujiMu dan bertambahlah berkahnya namaMu dan tinggi sifat kebesaranMu atau keagunganMu, tiada Tuhan selain Engkau, aku telah menganiaya diriku sendiri, maka berilah aku ampunan, maka sesungguhnya tiada yang mampu memberi ampun kecuali Engkau Tuhan”.
Dengan doa itulah, Allah swt. memberi ampunan kepada Nabi Adam as. Karena siapapun dia, sebesar apapun dosanya, selagi tidak syirik, kalau orang yang melakukan dosa itu mau bertaubat dengan memenuhi beberapa persyaratan. Antara lain :
Membaca istighfar
Berhenti dari melakukan dosa
Menyesal terhadap dosa yang pernah dilakukan
Berniat untuk tidak mengulangi lagi
Maka, Allah swt niscaya akan mengampuni dosa-dosa itu. Allah swt. berfirman :
ان الله لا يغفر ان يشرك به ويغفر ما دون ذالك لمن يشاء
Artinya : ”Sesungguhnya Allah itu tidak mengampuni, apabila Allah disekutukan dengan yang lain. Dan Allah mengampuni dosa yang selain dosa syirik terhadap siapa saja yang Allah kehendaki”.
Perlu diingat kembali bahwa, maksiat yang pernah dilakukan Nabi Adam as. itu bukanlah seperti maksiat-maksiat yang lain. Itu lebih kepada bab Hasanaatil Abroor Sayyiatil Muqorrobiin. Bahkan dalam tafsir Hasyiyah As-Syowi dijelaskan, bahwa secara dhohir (kelihatan), memang pekerjaan Nabi Adam as. dengan memakan buah itu merupakan maksiat. Namun secara bathin atau hakikatnya, Nabi Adam as. diperintah untuk memakan buah itu.
Dengan buktinya adalah firman Allah swt. yang dikatakan kepada Malaikat ;
انى جاعل في الا رض خليفه
Ini merupakan bukti bahwa, tujuan awal Allah swt. menciptakan Nabi Adam as. itu untuk menjadi kholifah di bumi. Bukan berada di syurga. Adapun di syurga itu, hanya sebagai wasilah atau perantara untuk berada di bumi. Oleh karena itu, dipandang dari segi hakikatnya, Nabi Adam as. tidak melakukan maksiat. Namun jika dipandang dari segi syari’atnya, Nabi Adam as. melakukan tindakan atau hal yang dilarang. Dan itu dikatakan maksiat. Syeikh Ibnu ‘Arobi ra. Pernah berkata :
لو كنت مكان ادم لا كلت الشجرة بتمامها لماترتب على اكله من العظيم
Artinya : “Andaikata posisi Nabi Adam as. adalah aku. Niscaya aku akan memakan semua pohon (buah) itu. Karena dengan memakan buah itu, akan muncul kebaikan yang luar biasa .
Kebaikan yang disebabkan tindakan Nabi Adam as. itu adalah, terciptanya / terlahirnya para Nabi, para Rosul dan para Solihin. Dengan terlahirnya orang-orang itu, maka akan terwujud sebuah kemaslahatan umat.
Ada satu makalah disebutkan
رب خير من معرض الشر
Artinya : “Tterkadang kebaikan itu muncul dari tempat keluarnya kejelekan”.
Allah swt. meneruskan firmanNya
قلنا اهبطوامنها جميعا فاما يا تينكم مني هدى فمن تبع هداي فلا خوف عليهم ولا هم يخزنون
Artinya : “Kami (Allah) berfirman; Turunlah kamu sekalian dari syurga. Kemudian jika datang petunjuk Kami kepada kalian, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk Kami, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka. Dan tidak pula mereka bersedih hati”.
Dari ayat inilah Ba’dhul Mufassir mengatakan bahwa, kemungkinan masuknya Iblis ke syurga lalu menggoda Hawa, dengan bukti firman Allah swt. yang dalam ibaratnya menggunakan khitob jama’ (makna lebih dari dua). Yang tertera pada lafadzاهبطوا (turunlah kalian). Yang dimaksud di sini adalah Nabi Adam as; Hawa, Iblis, dan Ular yang membawa Syetan masuk syurga, oleh Allah swt. kesemuanya lalu diturunkan (dikeluarkan) ke bumi.
Kemudian Allah swt. meneruskan firmanNya :
والذين كفروا وكذبوا باياتنا اولئك اصحب النار هم فيها خالدون
Artinya : ”Adapun orang-orang yang kafir (tidak percaya kepada Allah swt.) dan orang-orang yang mendustakan terhadap ayat-ayat Kami (Allah swt.), mereka semua itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya”.
Setelah semuanya terjadi, Nabi Adam as. sudah berada di bumi. Allah swt. berfirman tentang keadaan-keadaan yang akan terjadi pada anak cucu Nabi Adam as. Bahwa, diantara mereka ada yang beriman kapada Allah swt. dan diantara yang lain ada yang tidak percaya. Dan juga Allah swt. berjanji akan membalas semua amal anak cucu Nabi Adam as. Jika amal baik, maka akan dibalas oleh Allah swt. dengan kebaikan. Jika amal jelek, maka akan dibalas dengan yang setimpal.
Nabi Adam as. meninggal setelah menjalani kehidupannya selama kurang lebih 960 tahun. Di saat meninggal, anak cucunya mencapai 100.000 jiwa. Laki-laki maupun perempuan yang telah menyebar ke berbagai pelosok bumi dengan berbagai macam aktifitas serta istiadat yang berbeda-beda.
Syeikh Wahab bin Munabah mengatakan : Mulai turunnya Nabi Adam as. Ke bumi sampai hijrohnya Nabi Muhammad saw; itu kira-kira 6130 tahun. Dan mulai meninggalnya Nabi Adam as. dengan angin topan serta banjir bandang pada zaman Nabi Nuh as; itu kurang lebih 2240 tahun. Masa Ibrahim as. sampai Nabi Musa as; itu sekitar 600 tahun. Dan mulai meningalnya Nabi Musa as. sampai Nabi Daud as; itu sekitar 500 tahun. Semenjak meninggalnya Nabi Daud as. sampai Nabi Sulaiman as. sampai pada Nabi Isa as. lahir kurang lebih 1000 tahun. Namun menurut Imam As-Sa’labi, masa tenggang Nabi Isa as. dan lahirnya Nabi Muhammad saw; itu kurang lebih 540 tahun. Masa itu disebut dengan zaman FATROH. Artinya pada waktu itu manusia bebas berbuat apapun. Tidak ada kewajiban, juga tidak ada larangan. Orang melakukan kebaikan tidak mendapat pahala, orang melakukan kemungkaran tidak mendapatkan siksa. Karena belum ada Khobulloh.
Allah swt. berfirman :
وما كنا معذبين حتى نبعث رسولا
Artinya: “Kami (Allah) tidak akan menyiksa suatu makhluk, sehingga Kami telah mengutus Rosul padanya”.
Suatu kaum yang berada di hutan belantara misalnya. Sebelum ada dakwah Islam masuk ke daerah itu, maka mereka tidak berkewajiban melaksanakan tugas-tugas Allah swt. Karena mereka tidak disebut Mukallaf. Artinya tidak termasuk orang yang terkena sasaran -hukum Allah swt.. Bagaimanakah harus menjalankan tugas Allah swt. Sementara mereka tidak ada yang memberi pengetahuan kepada mereka. Lain halnya dengan sekelompok manusia yang hidup di lingkungan yang sudah ada dakwah Islamnya. Maka mereka wajib menjalankan tugas-tugas Allah swt. Baik yang merupakan perintah maupun yang berupa larangan larangan.