Hawa adalah istri Nabi Adam as. Dan ia termasuk manusia kedua yang menghuni planet bumi setelah Nabi Adam as. Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam as. Oleh karena itu, setiap laki-laki tulang rusuknya yang sebelah kanan itu berjumlah delapan belas, sedangkan yang sebelah kiri berjumlah tujuh belas. Dan terciptanya Hawa ini, keberadaan kejadiannya adalah di dalam syurga. Diceritakan bahwa, setelah Nabi Adam as. masuk syurga, Nabi Adam as. tertidur di sana. Dalam tidurnya itu Allah swt. menciptakan Hawa dari tulang rusuknya yang sebelah kiri. Pencabutan tulang rusuk itu sama sekali tidak membekaskan rasa sakit sedikitpun bagi Nabi Adam as. Andaikata proses pencabutan tulang itu menyakitkan, niscaya seorang laki-laki tidak akan bersifat lembut dan sayang terhadap wanita. Setelah Nabi Adam as. terbangun dari tidurnya, Ia melihat Hawa berada di sampingnya. Adam as. pun mempunyai keinginan untuk menyentuh Hawa. Oleh karena itulah, adalah suatu hal yang wajar seorang laki-laki mempunyai syahwat terhadap perempuan. Karena sesuai hilqohnya, dalam diri manusia itu ada Qowiyatun syahwiyyatun. Yaitu sebuah kekuatan sebagai penggerak pada suatu tindakan yang bersifat memenuhi kebutuhan nafsu. Dan secara nalar pun juga bisa dimaklumi. Karena seseorang itu akan merasa suka dengan sesuatu hal yang berbeda dengan dirinya serta merasa penasaran untuk memilikinya.
Malaikat yang mengetahui berkata:
حتى تؤديها مهرها فقالت له الملائكة مه يا ادم
Artinya : “ jangan lakukan wahai Adam. Sebelum engkau membayar mahar untuk Hawa”
فقال وما مهرها فقالو ثلاث صلوات او عشرون صلات على سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم. وفي قول مهرها ان تصلي على محمد الفا فى نفس واحد فصلى خمسا مئة مرة وتنفس فقال يا ادم الذى صليته هو مقدم الصداد والذى بقى عليك هو مؤخره . وفي رواية ان الله لما خلق حواء قال له ادم يارب زوجني من حواء فقال له ياادم حتى تعطيني مهرها قال وما مهرها يارب قال مهرها ان تصلي على محمد حبيبي مئة مرة في نفس فصلى ادم سبعين مرة ثم انقطع نفسه فقال له الرب لاباس عليك الذى صليته مقدم مهر والذى بقى عليك مؤخره.
Artinya: Nabi Adam as. lalu bertanya “apa maharnya ?” Malaikat menjawab “maharnya yaitu kamu membaca sholawat atas Nabi Muhammaad saw. Sebanyak tiga atau sepuluh kali”. Dalam satu pendapat disebutkan “maharnya kamu (Adam) membaca sholawat atas Nabi Muhammad saw. Sebanyak seribu kali dalam satu nafas”. Kemudian Nabi Adam as. membaca sholawat sampai lima ratus nafas. Nabi Adam as. Terputus, kemudian Allah swt. berkata ”Wahai Adam. Sholawat yang sudah kamu baca itu sebagai permulaan / awal dari lamaranmu. Dan yang masih sisa itu adalah tanggunganmu bagi lamaran akhirmu”.
Dalam satu riwayat disebutkan
Sewaktu Allah swt. telah menciptakan Hawa, Nabi Adam as. berkata kepada Allah swt. ”Wahai Tuhanku. Nikahkan aku dengan Hawa!”. Allah swt. menjawab ”Wahai Adam. Hingga engkau membayar maharnya“. Nabi Adam as. lalu bertanya ”Apa maharnya wahai Tuhanku?”. Allah swt. menjawab ”Maharnya adalah engkau membaca sholawat atas Muhammad, kekasihKu sebanyak seratus kali dalam satu nafas!”. Kemudian Nabi Adam as. membaca sholawat. Di saat baru sampai tujuh puluh bacaan sholawat, nafas Nabi Adam as. terputus. Lalu Allah swt. berfirman ”Tidak apa-apa wahai Adam. Sholawat yang sudah engkau baca itu sebagai awal dari mahar. Dan yang sisanya itu menjadi tanggunganmu“. Dari itu semua, oleh sebagian kalangan Ulama’, dijadikan sebuah referensi tentang pembayaran mahar bagi calon suami kepada calon istrinya, yang dilaksanakan dengan mengangsur (tidak kontan).
Setelah Nabi Adam as. membaca sholawat, maka Ia resmi menjadi suami Hawa. Suami yang harus bertanggung jawab kepada istrinya. Kala itu, mereka hidup damai dan bahagia di dalam syurga. Suatu tempat yang sangat indah. Tempat yang menjadi idaman bagi setiap orang. Karena tempat itu merupakan tempat yang diridhoi oleh Allah swt. dan penuh dengan kenikmatan yang abadi.
Dalam ayat selanjutnya Allah swt. berfirman:
فازلهما الشيطان عنها فاخرجهما مما كانا فيه وقلنا اهبطوا بعضكم لبعض عدو ولكم في الارض مستقر ومتاع الى حين
Artinya: Kemudian syetan menggelincirkan (iman) dan menyebabkan keduanya terusir dari syurga. Maka akhirnya Allah swt. mengeluarkan Nabi Adam as. dan Hawa dari tempat yang pernah keduanya tempati (syurga yang penuh dengan kenikmatan.) Dan Aku (Allah) berkata “Turunlah kalian (ke bumi). Sebagian di antara kamu akan menjadi musuh daripada sebagian yang lain. Dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi, kesenangan sampai waktu yang di tetapkan” .
Syetan adalah anak keturunannya Iblis. Secara lafadznya, Syetan itu Musytaq (pengambilan huruf dan maknanya) dari lafadz شاط yang bermakna احترق (terbakar). Disebut itu karena besok di akhirat, ia akan dibakar dengan api neraka. Atau bisa Musytaq dari lafadz شطن yang bermakna بعد (jauh). Artinya ia jauh dari Rahmat (belas kasih) nya Allah swt. Kemudian timbul sebuah pertanyaan; Di saat Nabi Adam as. bersama Hawa berada di syurga, sedangkan Iblis dan Syetan itu berada di luar syurga, Mungkinkah bisa terjadi godaan Syetan terhadap Nabi Adam as. dan Hawa ? Hal itu mungkin saja bisa terjadi. Bisa saja saat itu Syetan merubah wujud (bentuk) nya seperti hewan syurga. Kemudian masuk ke dalam syurga. Atau ia masuk di dalam mulut ular, kemudian masuk ke dalam syurga bersama ular itu. Atau Syetan yang ada di luar bumi berbisik-bisik pada Nabi Adam as. dan Hawa sampai bisa terdengar di syurga.
Memang itulah kepribadian Syetan dan iblis setelah diusir dari syurga oleh Allah swt. Iblis bersumpah akan menggoda dan merusak keimanan anak cucu Nabi Adam as. Sebagaimana seperti halnya yang ada di dalam surat Shoot ayat 82-83
قال فبعزتك لأغوينهم اجمعين الا عبادك منهم المخلصين
Artinya: Iblis bersumpah ”Demi sifat keagunganMu Tuhan, niscaya aku pasti akan membujuk anak cucu Adam semua. Kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas (dalam beramal)”.
Jadi, apapun caranya ia akan lakukan demi merusak keyakinan anak cucu Nabi Adam as. Dan juga demi
mencari teman untuk ia ajak bersama di dalam neraka.
Dalam surat al Al-a’rof ayat 20-21 Allah berfirman:
فوسوس لهما الشيطان ليبدي لهما ما وري عنهما من سواءتهما وقال ما تهاكما ربكما عن هذه الشجرة الا ان تكونا ملكين او تكونا من الخالدين وقاسمهما اني لكما لمن الناصحين
Artinya : ”Maka syaiton membisikkan pifiran jahat kepada mereka berdua untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaiton berkata “ tuhan kalian tidak melarang kalian dari mendekati pohon ini melainkan supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal ( dalam surga )” dan dia ( syaiton ) bersumpah kepada keduanya “ Sesungguhnya saya adalah termasuk mahluk yang memberi nasehat kepada kalian berdua”.
Bisa kita bayangkan, andaikata sasaran dan dan yang termakan godaan Syetan itu adalah Hawa. Karena ia adalah manusia biasa. Maka, niscaya salah dan khilaf akan menjadi hal yang biasa bagi manusia. Dan itu lain halnya dengan Nabi Adam as. Karena Nabi Adam as. itu adalah Ma’shum (terjaga dari semua dosa). Yang menjadi pertanyaan. Kenapa Nabi Adam as. bisa sampai memakan buah yang dilarang oleh Allah swt.? Jawabannya adalah bahwa sebenarnya saat itu Nabi Adam as. tak bersalah. Karena Nabi Adam as. melakukan tindakan seperti itu berdasarkan ijtihadnya. Adapun tentang kebenarannya adalah Allah swt yang paling tahu dan benar. Manusia hanya dituntut untuk berusaha ijtihad, berhusnuddzon (berprasangka baik) kepada Nabi Adam as. Waktu itu Nabi Adam as. sudah tahu bahwa dirinya diciptakan sebagai kholifah di bumi. Dengan melihat keberadaannya saat itu berada di Syurga, Nabi Adam as. berfikir “Kenapa Allah swt. melarang dirinya dan istrinya mendekati pohon yang telah ditunjukkan padanya ?”. Oleh karena itu, Nabi Adam as. mulai menemukan jawabannya. Yakni, di balik semua itu ada rahasia yang disimpan oleh Allah swt. Nabi Adam as. memutuskan untuk memakan buah itu dengan berkeyakinan akan terjadi suatu kemaslahatan yang luar biasa setelah memakan buah itu. Akhirnya makanlah Nabi Adam as. bersama istrinya buah itu. Nabi saw. Bersabda :
من اجتهد فاصاب فله اجران ومن اجتهد فاخطال فله اجر واحد
Artinya : “Barang siapa berijtihad, dan ijtihadnya benar. Maka ia mendapat dua pahala. Dan barang siapa berijtihad dan ternyata ijtihadnya itu salah. Maka ia tetap mendapat satu pahala”.
Dan yang pasti adalah seorang Nabi atau Rosul itu “ma’shum”. Dalam artian, tidak akan mungkin berbuat dosa. Baik dosa kecil maupun dosa besar.
Dan jika ada sebagian Rosul yang secara dhohirnya itu berbuat salah, itu lebih kepada
من باب حسنات الابرار سيئات مقربين
Artinya : ”Kebaikan orang-orang mukmin yang baik itu, termasuk sejelek-jeleknya orang-orang yang dekat dengan Allah swt. dan Rosul”.